KEAGUNGAN MISA

Misa adalah Ibadat tertinggi Gereja kepada Allah yang Maha Kudus. Gereja tiada henti untuk terus mempersembahkan kurban dalam Liturgi kudus. Liturgi merupakan upaya yang sangat membantu kaum beriman untuk dengan penghayatan mengungkapkan Misteri Kristus serta hakekat asli Gereja yang sejati, serta memperlihatkan itu kepada orang-orang lain, yakni bahwa Gereja bersifat sekaligus manusiawi dan Ilahi, kelihatan namun penuh kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagai musafir….. Maka Liturgi sekaligus secara mengagumkan menguatkan tenaga mereka untuk mewartakan Kristus, dan dengan demikian menunjukan Gereja kepada mereka yang diluarnya sebagai tanda yang menjulang diantara bangsa-bangsa( ). Dibawah tanda itu puter-putera Allah yang tercerai berai dihimpun menjadi satu( ), sampai terwujudlah satu kawanan dan satu gembala( ). (SC. 2)

Menjadi tradisi bagi para Bapa Bangsa dan para Nabi memuji dan memuliakan Tuhan dengan cara mempersembahkan kurban bakaran, pembakaran ukupan, dan lantunan doa di mezbah maupun di Bait Allah (Kejadian 8:20, Keluaran 17:15, Bilangan 7:1, 1 Tawarikh 21:26, Imamat 4:7). Gereja Katolik meneruskan tradisi Yahudi ini karena kehendak Kristus sendiri, yang diriNya menjadi kurban bagi semua orang. Hal ini nampak dalam peristiwa Perjamuan Kudus oleh Yesus bersama para murid terkasih, Ia mengambil roti dan piala yang berisi air anggur, mengucap syukur serta memberikan kepada murid – muridNya dengan berkata “Inilah TubuhKu…….. , Inilah darahKu”. Tak lupa Kristus meminta kepada para Murid untuk selalu melakukannya sebagai kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitanNya (Lukas 22:19). Oleh karena itu, Gereja Katolik tiada hari tanpa mempersembahkan Kurban Ekaristi kepada Allah Bapa bagi jiwa – jiwa yang sedang berziarah dan menderita ( Api Penyucian). Merupakan suatu kewajiban bagi umat beriman turut berpartisipasi dalam kurban Misa di hari tertentu ( Hari Minggu dan Hari Raya yang disamakan dengan hari Raya Minggu).

Ritus atau cara untuk mempersembahkan kurban tak terlepas dari landasan Kitab Suci,  tradisi Para Rasul, dan budaya lokal. Ritus untuk mempersembahkan Kurban Misa pun sangat banyak, diantaranya Ritus Latin ( yang lazim dirayakan di Indonesia), Byzantine, Koptik, St. Yakobus, dan sebagainya. Tiada yang lebih agung dan lebih baik dalam merayakan atau mempersembahkan Kurban. Setiap Ritus yang dirayakan  memberikan nilai dan manfaat bagi umat yang menghadiri.

Misa itu Agung karena dalam diri Imam, ia bertindak sebagai Kristus sendiri yang mempersembahkan Kurban tersuci dan termurni, tak lain adalah Yesus Anak domba Allah. Dalam Misa, kita tidak hanya mengenangkan sengsara, wafat dan bangkit saja, tetapi juga menghadirkan Ia yang kita kenangkan. Dengan kehadiranNya yang nyata , Ia menyertai kita dalam setiap langkah dan perjalanan hidup kita (Matius 28:20). Umat diundangnya untuk menerima Tubuh dan DarahNya, dan menjadi kekuatan bagi yang menerima untuk mewartakan kematian Tuhan sampai Ia datang kembali (1 Korintus 11:26). Dalam Liturgi di dunia ini kita ikut mencicipi Liturgi sorgawi, yang di rayakan dikota suci Yerusalem, tujuan peziarahan kita. Disana Kristus duduk disisi kanan Allah, sebagai pelayan tempat tersuci dan kemah yang sejati( ). Bersama dengan segenap bala tentara sorgawi kita melambungkan kidung kemuliaan kepada Tuhan. Sementara menghormati dan mengenangkan para Kudus kita berharap akan ikut serta dalam persekutuan dengan mereka. Kita mendambakan Tuhan kita Yesus Kristus penyelamat kita, sampai Ia sendiri, hidup kita, akan nampak, dan kita akan nampak bersama dengan-Nya dalam kemuliaan (SC. 2)

Misa itu Agung karena Kurban yang dipersembahkan oleh Imam sendiri adalah sama nilainya dengan Kurban Kristus di kalvari yang terjadi 2000 tahun lalu. Kurban Kristus dan kurban Ekaristi hanya satu kurban: “karena bahan persembahan adalah satu dan sama; yang sama, yang dulu mengurbankan diri di salib, sekarang membawakan kurban oleh pelayanan imam; hanya cara berkurban yang berbeda”. “Dalam kurban ilahi ini, yang dilaksanakan di dalam misa, Kristus yang sama itu hadir dan dikurbankan secara tidak berdarah… yang mengurbankan diri sendiri di kayu salib secara berdarah satu kali untuk selama-lamanya” (Konsili Trente: DS 1743). KGK. 1367

Referensi:

imankatolik.or.id

ekaristi.org

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s