Tolong Romo, jangan membuat kami bingung(1)

Saudara terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,

Misa merupakan ibadat tertinggi dalam Gereja Katolik; bahkan dapat dikatakan Misa(Ekaristi) merupakan puncak iman Kristiani, karena Kristus dihadirkan kembali; kurban kalvari dihadirkan kembali walaupun bukan lagi kurban berdarah. Sebagai ibadat yang sangat penting dan sakral, maka struktur Misa (liturgi/tata ibadat) diatur berdasarkan tradisi Gereja yang telah berlangsung dari zaman para rasul dan bapa gereja. Setiap ritual yang dilakukan memiliki makna tersendiri; namun tetap menunjukkan keterkaitan satu sama lain.

Pada suatu hari[minggu], Misa dirayakan tampak dari ritus pembuka seperti biasanya. Namun hal aneh muncul ketika pada saat homili. Cara penyampaian homili begitu berbeda dari biasanya; seorang romo turun dari panti imam lalu menampilkan sebuah drama. Bukan hanya sebatas drama singkat saja, Romo pun meminta beberapa umat maju untuk berpatisipasi apa yang baru saja di dramakan berupa pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Suasana Misa sudah menjadi seperti panggung hiburan yang tetap menyampaikan pesan moral. Singkat cerita, pada saat doa Bapa kami pun, suatu ajakan untuk berdoa Bapa kami yang sangat tidak lazim, yaitu mengingatkan kembali homili yang disampaikan, serta meminta umat merentangkan tangan. Doa damai ditiadakan, doa sesudah komuni diganti dengan doa kreasi romo sendiri. Hal ini tentu saja membuat sebagian umat beriman bingung akan suasana Misa yang tiba-tiba berubah menjadi seperti perayaan hiburan.

Ilustrasi: seorang imam mereciki anak-anak

Dihari lain pun, ketika salah satu komunitas menyelenggarakan Misa; bagian kata pengantar dan homili diisi dengan banyak pantunan oleh imam; terlebih juga meminta umat membuat gaya-gaya yang diinstruksikan, seperti bibir tersenyum, menepuk punggung umat yang duduk disampingnya, dan sabagainya. Tak lepas juga ditengah homili, sang romo lalu bernyanyi.

Sementara banyak romo yang berjuang merayakan Ekaristi dengan baik dan benar, sesuai tata urutan dan unsur-unsur Misa dalam Pedoman umum Misale Romawi. Namun tidak dapat dipungkiri juga, beberapa romo melakukan kreativitas yang tidak pernah diopsikan atau diinstruksikan dalam dokumen-dokumen Gereja. Tentu ini membuat umat bingung! Umat dibingungkan dengan berbagai hal, berbagai macam kreativitas yang ada. Maka tak heran terdapat beberapa umat beriman yang bertanya “Misa kali ini ada acara drama  atau seperti Misa biasa ya? “; secara tidak langsung menyatakan bahwa “drama” atau kreativitas lainnya merupakan bagian dalam perayaan ekaristi Gereja Katolik. Tampak seperti pada perayaan sabtu suci ada upacara cahaya, maka Misa khusus kaum muda atau sejenisnya pasti ada drama. Dari kacamata umat beriman yang tidak pernah menyentuh dokumen Gereja, mungkin saja kreativitas-kreativitas yang dilakukan dapat dianggap suatu hal biasa. Akibat dari berbagai kreativitas, penghormatan yang begitu tinggi terhadap Ekaristi kini begitu direndahkan atau tidak lagi diperhatikan.

Sebenarnya apa yang dibutuhkan umat beriman; apakah kreativitas demi kreativitas yang dilakukan baik oleh romo ataupun komunitas penyelenggara dengan niat “umat tidak ‘jajan’ di tempat/ibadat diluar Katolik” — atau KATEKESE Liturgi?

Umat beriman memerlukan gembala yang menuntun, memberi asupan iman yang baik dan benar. Umat beriman memerlukan pemahaman yang benar dari suatu hal baginya asing atau kurang dipahami, bukan sebuah pembiaran, dan kebingungan. Dengan katekese Liturgi secara berkala, memberikan pemahaman/spritualitas dibalik setiap ritual dalam Misa; tentu umat beriman akan bertambah rindu dengan Misa kudus yang dulunya dapat dikatakan bosan atau menghadiri perayaan Ekaristi tanpa makna. Inilah sebenarnya yang dibutuhkan oleh umat! Bukan mengubah susunan atau unsur-unsur Misa ataupun pembiaran umat beriman terombang ambing dengan tata Misa yang diikuti tanpa pemaknaan mendalam. Dengan menyampaikan katekese Liturgi yang baik dan benar, penghormatan terhadap perayaan Ekaristi tentu saja dijunjung tinggi oleh umat.

Akhir kata, tulisan ini bukanlah sebuah penghakiman buta atau pengkritikan tajam, melainkan “Tolong Romo, jangan membuat kami bingung!”

9 thoughts on “Tolong Romo, jangan membuat kami bingung(1)

  1. sbgai umat katolik.sy prihatin dgn apa yg dilakukan oleh seorang romo.krn smpi saat ini tata cara EKARISTI. bg grja katolik msh sprti ktka sy bayi.jd tlg coba konsultasi dgn Yang mulia bapa Uskup dimna grja ini brada,spy dicari jln klrnya

    Suka

  2. Mari kita bawa dalam doa, termasuk rosario, terutama peristiwa sedih ketiga. Romo-romo yang begini melecehkan Misa, sama seperti prajurit-prajurit zaman dulu yang melecehkan Yesus dengan memberi mahkota duri. =(

    Suka

  3. Setahu saya Tata Ibadah dan atau Ritus Misa dalam Agama Roma Katholik itu sdh diatur. Dan itulah yg membuat Katholik lestari sampai sekarang. Penambahan atau perubahan seperti dilaporkan tsb seharusnya dilaporkan ke Uskup setempat spy diambil sikap.

    Suka

  4. bagaimana pendapat Bapak,kalau dalam homili,Pastornya yg hobby nyanyi,menyanyikan potongan2 bait/syair lagu yg berhubungan dgn isi homilinya??(potongan lagu2 tsb bisa pop atau rohani)
    Terimakasih bisa memberi tanggapannya.

    Suka

  5. Semakin miris saja membacanya .sedih melihat hal seperti ini jika ditegur mungkin tiap 2 greja khatolik akan berbeda tata cara ibadahnya .huff…semoga tuhan mengetuk hati mereka agar menjadi pemimpin yg selalu berpegang teguh pada tata cara yg benar bukan sekehendak mereka.

    Suka

  6. Lebih parah lagi, ada romo yang menghakimi musuhnya di depan umat, saat perayaan ekaristi. Ia mencaci, menghina, dan mengusir seorang umat dalam perayaan tersebut. ‘In persona Cristi’, romo..!

    Suka

Tinggalkan komentar