Saudara terkasih di dalam Tuhan,
Mungkin ada yang bertanya apa hubungannya mencintai Yesus secara total dengan dogma “diluar Gereja tiada keselamatan”. Ketika kita membicarakan tentang cinta, maka sangatlah erat dengan dan tak terlepas dari menaruh kasih yang mendalam kepada objek, begitu pula mengenai total (totalitas) yang erat dengan keutuhan, keseluruhan, atau segala hal yang ada. Dengan demikian, mencintai Yesus secara total berarti “menaruh kasih sayang kepada Yesus dengan segala yang ada pada milik kita, dengan segenap jiwa, akal budi, dan hati”. Untuk mendalami maknanya, mencintai Yesus secara total adalah menaruh keselamatan jiwa pada Yesus!
Percaya Yesus adalah Tuhan dan juruselamat, cukup!? Setan pun percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan juruselamat! Lalu apa yang membedakan umat beriman dengan setan? adalah percaya dengan CINTA bukan BENCI. Mencintai Yesus secara total berarti mengakui dan meyakini semua yang Yesus ajarkan. Keyakinan dan pengakuan ini akhirnya tentu hendak menimbulkan tindakan yang nyata. Adalah bukan totalitas mencintai Yesus dengan memilih-milih ajaranNya, menerima sebagian, dan menolak yang tidak sesuai dengan selera atau sulit untuk dijalani atau bahkan memiliki pemikiran bahwa hal tersebut tidaklah masuk akal, sehingga tidak perlu dijalani. Adalah sikap yang sama dilakukan oleh setan; percaya namun menolak yang ia tidak sukai; membenci.
Diluar Gereja tiada keselamatan! Mungkin sebagian umat beriman mendengar dogma ini sangat mengerikan bahkan terkesan menghakimi dan angkuh. Seolah-olah diluar Gereja pasti tidak diselamatkan! Apakah ajaran ini dari Yesus yang mencintai semua kalangan tanpa memandang latar belakang? Ketika kita membaca KKGK No. 171, maka dogma ini bukanlah sebuah keangkuhan, melainkan ajaran Kristus sendiri sang kepala Gereja yang mendirikan Gereja sebagai tubuhNya (Mat 16:18, Ef 5:22-33) “Ini berarti bahwa semua keselamatan datang dari Kristus, sang Kepala melalui Gereja, yaitu tubuhNya. Jadi, mereka yang mengetahui bahwa Gereja didirikan oleh Kristus dan perlu untuk keselamatan, tetapi menolak untuk masuk dan tinggal di dalam Gereja, tidak dapat diselamatkan. Pada saat yang sama, berkat Kristus dan Gereja, mereka yang bukan karena kesalahan sendiri tidak mengenal Injil Kristus dan GerejaNya, tetapi secara jujur mencari Allah dan mencoba melaksanakan kehendakNya melalui suara hatinya, dapat mencapai keselamatan abadi.“
Mengapa bukan diluar Kristus tiada keselamatan? Banyak orang mengakui dan mencintai Yesus dengan “cara” sendiri yang sebenarnya bukanlah iman Kristiani sejati. Iman yang dibangun hanya atas dasar reflleksi pribadi bukanlah tujuan Kristus menghadirkan keselamatan bagi umat manusia. Oleh sebab itu, perlu Gereja yang dibangun oleh Allah dan terus dibentukNya dalam perjalanan sejarah di bumi ini; yang merangkul dalam satu kawanan; menuntun dan mengkoreksi yang salah serta menjaga dan mewartakan yang benar. Dengan mengatakan diluar Gereja tiada keselamatan, berarti mengakui Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan yang terus diwartakan oleh Gereja dan melalui Gereja, umat manusia menemukan Kristus dan dibaptis. Seperti yang dikatakan oleh Paus emeritus Benediktus XVI: “Iman bukanlah hasil refleksi kita, bukan pula usaha untuk menembus kedalaman diri saya. Keduanya dapat saja hadir, tetapi mereka tidaklah memadai tanpa “mendengarkan” yang melaluinya, Allah, dari luar, dari kisah yang Ia sendiri ciptakan, menantang saya. . . Maka semuanya akan didasarkan pada keputusannya sendiri, dan dalam analisis terakhir, ia akan didasarkan pada prinsip suara mayoritas, yang pada akhirnya dilandaskan pada opini manusia. Gereja yang dibangun dengan cara ini tidak bisa menjadi penjamin kehidupan kekal bagi saya, tidak juga mengharuskan keputusan saya yang membuat saya menderita dan bertentangan dengan keinginan saya. Tidak, Gereja bukan buatan-sendiri (self-made), ia diciptakan oleh Allah dan terus dibentuk oleh-Nya. . . .” Selengkapnya: KEMBALINYA PAUS EMERITUS BENEDIKTUS XVI: PENOLAKAN KESESATAN INDIFERENTISME; PENGAJARAN TENTANG BELAS KASIH DAN KEADILAN.
Mencintai Kristus secara total tampak dalam mengakui dan masuk dalam persatuan penuh dengan Gereja yang Ia dirikan. Sebagaimana mendengar suara para Rasul (Uskup) adalah mendengar Kristus sendiri(Luk 10:16) Maka tentu hanyalah satu iman yang kita yakini seperti dikatakan oleh St. Paulus: “satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, . . . Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil” (Flp 4: 4-5,27)
Keselamatan ditawarkan kepada umat manusia dengan dasar cinta misteri Allah. Melalui Gereja, keselamatan diperoleh dengan menerima Sakramen baptis untuk perlu keselamatan jiwa. Namun “Karena Kristus wafat untuk keselamatan semua orang, yang diselamatkan tanpa sakramen pembaptisan adalah mereka yang meninggal karena iman (pembaptisan darah), para katekumen, dan mereka yang bahkan tidak mengenal Kristus dan Gereja mencari Allah dengan sungguh-sungguh dibawah tuntunan rahmat dan berusaha melaksanakan kehendakNya (pembaptisan rindu). Gereja dalam liturgi mempercayakan anak-anak yang meninggal tanpa sakramen pembaptisan ke dalam kerahiman Allah” (KKGK No. 262)
Inilah cinta yang begitu besar sekaligus misteri bagi kita dari Allah. Cinta yang begitu misteri ini tidak dapat memisahkan kesatuan antara Kristus sang kepala dan Gereja adalah tubuhNya. Kesatuan inilah yang menghadirkan satu suara, yaitu iman dan pengharapan yang sama; Kristus Tuhan kita!