Kehadiran Tuhan Dalam Liturgi Kudus

Saudara/i terkasih dalam Tuhan,

Ketika berbicara Liturgi, maka tidak terlepas dari beberapa perbincangan, diantaranya: Allah sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur yang dikonsekrasi oleh imam, partisipasi umat beriman,  dan peraturan-peraturan liturgi. Walau bagaimana pun, kehadiran Allah secara nyata dalam Liturgi(Perayaan Ekaristi) tidak bergantung dari persoalan partisipasi umat beriman, maupun tata aturan Liturgi; Allah hadir sebagai tindakan Ilahi dan Gereja. Bukan berarti persoalan partisipasi umat beriman dan peraturan Liturgi boleh diabaikan, tidak! Kedua hal itu juga sangat penting, tidak boleh diabaikan sama sekali.

_DSC5007.JPG

Baca lebih lanjut

HANCURKAN MISA, ANDA MERUSAK GEREJA!

Saudara/i terkasih dalam Kristus Yesus,

Dalam Ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Putra Allah, dalam Roh Kudus. Sungguh penting untuk mengatur perayaan Ekaristi sedemikian rupa sehingga para pelayan dan umat beriman sekalian dapat berpartisipasi, serta memetik buah hasil Ekaristi sepenuh – penuhnya. Dengan maksud itu pula, Kristus mempercayakan misteri (Kurban Misa) ini kepada Gereja, mempelaiNya yang terkasih, sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitanNya. (PUMR Art. 17)

Baca lebih lanjut

‘D’OA ‘S’YUKUR ‘A’GUNG = ‘D’UDUK ‘S’AJA ‘A’H

Saudara/i terkasih dalam Kristus Tuhan,

Kehadiran Tuhan Yesus secara nyata dalam rupa roti dan anggur adalah pada saat Doa Syukur Agung, tepatnya saat bagian kata konsekrasi: “terimalah dan makanlah …….”, “terimalah dan minumlah….” diucapkan oleh Imam. Doa Syukur Agung merupakan pusat dan puncak seluruh perayaan, suatu doa syukur dan pengudusan (PUMR No. 78). Umat beriman diikutsertakan dalam doa agung yang disampaikan oleh Imam atas nama umat kepada Allah Bapa, dalam Roh Kudus, dengan perantaraan Yesus Kristus. Secara detail, Doa Syukur Agung mengandung bagian – bagian:

Baca lebih lanjut

MISA LATIN – FORMA ORDINARIA

Introitus (Mzm. 17:1)

Ego clámavi, quóniam exaudísti me, Deus; inclína aurem tuam, et exáudi verba mea. Custódi me, Dómine, ut pupíllam óculi; sub umbra alárum tuárum prótege me. (Kepada-Mu aku berseru, sebab Engkau menjawab aku, ya Allah; condongkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku! Jagailah aku sebagai biji mata; dibawah naungan sayap-Mu sembunyikanlah aku! )

Pada hari / tanggal: Sabtu, 18 Oktober 2015, tepat pukul 18.30 WIB Komunitas Liturgia Latina St. Yohanes XXIII menyelenggarakan Misa Kudus Forma Ordinaria dalam bahasa latin untuk Minggu biasa ke – XXIX di Gedung PUSPAS, Pontianak. Misa kudus dipersembahkan oleh Yang Mulia, Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun, Uskup Agung Emeritus Pontianak.

Baca lebih lanjut

5 HAL UMUM YANG PERLU DIPERSIAPKAN SEBELUM MENGIKUTI MISA KUDUS

Putra – putri Gereja Katolik yang kudus, seperti pada artikel sebelumnya (5 HAL UMUM YANG TIDAK MEMPERKENANKAN SESEORANG MENERIMA EKARISTI) bahwa Ekaristi yang sangat luhur merupakan puncak iman Kristiani sebab merupakan tindakan Kristus dan GerejaNya, dan melalui pelayanan imam, Kristus menjadi kurban dan santapan bagi kita semua (Kan. 899 $ 1). Maka adalah perlu persiapan yang sungguh – sungguh untuk menyambut tubuh dan darah Tuhan dalam hal ini sebelum mengikuti Misa Kudus. Artikel ini menyajikan beberapa hal yang sebaiknya dipersiapkan untuk menyambut Ekaristi serta menaruh hormat sebesar – besarnya kepada Ekaristi mahakudus (Kan. 898), diantaranya:

Baca lebih lanjut

5 HAL UMUM YANG TIDAK MEMPERKENANKAN SESEORANG MENERIMA EKARISTI

Ekaristi merupakan puncak iman Kristiani. Dengan menerima sakramen ekaristi, setiap jiwa memperoleh kekuatan dalam mengemban tugasnya di dunia ini sebagai seorang peziarah yang tujuan akhirnya adalah menghadap Allah Bapa surgawi. Dalam sakramen ekaristi itu sendiri, Kristus sungguh – sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur. Oleh karena itu, seorang yang akan menyambut tubuh dan darah Kristus perlu mempersiapkan diri untuk menerimaNya dengan layak dan pantas. Ada beberapa  hal yang membuat seseorang tidak diperkenankan menerima Sakramen ekaristi, apa saja?

Baca lebih lanjut

MISA LATIN TRADISIONAL PONTIANAK

Sejak pembaharuan Liturgi Romawi yang dipormulgasikan oleh Beato Paus Paulus VI ( Selanjutnya dibaca “Forma Ordinaria/FO”), Liturgi Gereja Katolik ritus latin menjadi lebih sederhana ( dan tetap Agung) dibanding Liturgi Misa 1962 (selanjutnya dibaca “Forma Extraordinaria/FE”). Misa Forma Ordinaria menjadi lazim dirayakan di paroki – paroki Gereja, serta Misa ini mengizinkan penggunaan bahasa vernakular (bahasa lokal) di setiap doa  ( Tentu mendapatkan pengesahan dari takha suci Vatikan). Misa Forma Extraordinaria pada kala itu diizinkan untuk tetap dirayakan di daerah – daerah yang memungkinkan saja. Atas kemurahan hati Paus Sto. Yohanes Paulus II, para Uskup diminta bermurah hati kepada umat beriman yang menginginkan perayaan Misa dalam Forma Extraordinaria.

Baca lebih lanjut

SEJARAH ALTAR

Jika kita berkunjung ke Gereja kuno, kita akan mendapati sebuah altar lama (jika tidak dihancurkan) dimana “menuntut” seorang Imam mempersembahkan Misa menghadap ke timur. Mengapa menghadap ke timur?

Walau tradisi ini sudah jarang dipraktekkan pada zaman sekarang, tetapi perlu kita  ketahui juga mengapa dulu umat dan Imam merayakan Misa menghadap ke timur. TERNYATA memiliki landasan perjalanan sejarah dan  teologis!

Baca lebih lanjut

KEAGUNGAN MISA

Misa adalah Ibadat tertinggi Gereja kepada Allah yang Maha Kudus. Gereja tiada henti untuk terus mempersembahkan kurban dalam Liturgi kudus. Liturgi merupakan upaya yang sangat membantu kaum beriman untuk dengan penghayatan mengungkapkan Misteri Kristus serta hakekat asli Gereja yang sejati, serta memperlihatkan itu kepada orang-orang lain, yakni bahwa Gereja bersifat sekaligus manusiawi dan Ilahi, kelihatan namun penuh kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagai musafir….. Maka Liturgi sekaligus secara mengagumkan menguatkan tenaga mereka untuk mewartakan Kristus, dan dengan demikian menunjukan Gereja kepada mereka yang diluarnya sebagai tanda yang menjulang diantara bangsa-bangsa( ). Dibawah tanda itu puter-putera Allah yang tercerai berai dihimpun menjadi satu( ), sampai terwujudlah satu kawanan dan satu gembala( ). (SC. 2)

Baca lebih lanjut